Equity Bond vs SBN Bond - Pilihan Investasi di Masa Pensiun

Pagi itu, jalan tol menuju kantor cukup lengang. Saya menyetir sambil menikmati matahari pagi yang perlahan menembus kaca depan mobil. Di sebelah saya duduk Pak Nail, rekan kerja senior yang akan pensiun bulan depan. Usianya 56 tahun, dan ia terlihat lebih tenang dari biasanya—meski tetap ada rona kebingungan di wajahnya.
"Yud," katanya sambil memandang keluar jendela. "Aku nanti dapet pesangon 1,5 miliar. Tapi bingung mau ditaruh di mana. Kalau cuma ditabung, ya habis juga. Aku butuh pasif income untuk bertahan hidup. Tapi juga nggak bisa ambil risiko tinggi..."
Saya tersenyum, karena ini bukan pertanyaan baru. Tapi konteksnya kali ini benar-benar nyata—seseorang yang sudah tidak bekerja lagi, mengandalkan hasil investasi untuk hidup di masa pensiun.
"Pak," saya mulai. "Kita bisa bandingkan dua pendekatan: Equity Bond dan SBN Bond."
Equity Bond: Saham Dividen untuk Penghasilan Pasif
Warren Buffett menyebut saham perusahaan yang rutin membayar dividen sebagai equity bond—layaknya obligasi, tapi dengan potensi pertumbuhan lebih tinggi. Misalnya saham BBRI, yang selama 30 tahun terakhir secara konsisten membayar dividen.
Berikut adalah data historis BBRI (1994–2024):
-
Dividen yield rata-rata: 3%–6% per tahun
-
Capital gain: dari Rp100/lembar (1994) ke sekitar Rp5.500/lembar (2024) = kenaikan 5.400%
Dengan asumsi dividen yield konservatif 4% dan pertumbuhan harga saham rata-rata 12% per tahun, investasi Rp1,5 miliar di BBRI bisa menghasilkan:
-
Dividen per tahun: ± Rp60 juta (dibagi rata: Rp5 juta/bulan)
-
Nilai saham setelah 30 tahun: ± Rp50,8 miliar (dari capital gain)
SBN Bond: Kupon Pasti, Risiko Minimal
Sementara itu, SBN seperti ORI, SR, atau SBR menawarkan kupon tetap antara 5,5%–7,5% per tahun. Kupon ini dibayar per bulan/kuartal, tergantung jenisnya. Aman, karena dijamin negara.
Misalnya:
-
Investasi Rp1,5 miliar di SBN dengan kupon 6,5%
-
Kupon per tahun: Rp97,5 juta atau Rp8,125 juta/bulan
-
Tanpa capital gain yang signifikan
-
Nilai pokok tetap Rp1,5 miliar (tidak naik)
Simulasi Grafik: 30 Tahun ke Depan (Forecast)
Berikut grafik perbandingan pendapatan bulanan dari:
✅ SBN Bond (kiri)
-
Kupon tetap: Rp8.125.000/bulan selama 30 tahun
-
Stabil, cocok untuk pendapatan tetap jangka panjang
📈 Equity Bond (kanan – saham BBRI)
-
Dividen awal: Rp5.000.000/bulan (4% dari Rp1,5 M)
-
DPS tumbuh 15% per tahun → dividen meningkat tajam
-
Tahun ke-5: ~Rp10 juta/bulan
-
Tahun ke-10: ~Rp20 juta/bulan
-
Tahun ke-20: ~Rp80 juta/bulan
-
Tahun ke-30: ~Rp250 juta/bulan
-
Dividen saham bertumbuh pesat, tapi disertai risiko harga saham dan fluktuasi pasar.
Berikut grafik akumulasi nilai investasi selama 30 tahun, membandingkan:
✅ SBN Bond (Hijau)
-
Kupon tetap 6,5%/tahun dibayarkan bulanan
-
Nilai pokok tetap Rp1,5 miliar
-
Total nilai naik secara linier, mencapai sekitar Rp7,4 miliar di akhir tahun ke-30
📈 Equity Bond (Merah, BBRI)
-
Dividen awal 4% dengan pertumbuhan 15% per tahun
-
Capital gain tumbuh 12% per tahun (compounded)
-
Total nilai meningkat secara eksponensial, mencapai lebih dari Rp130 miliar di akhir tahun ke-30
📍 Kesimpulan visual:
-
SBN sangat stabil, cocok untuk kebutuhan pendapatan tetap
-
Saham berisiko tapi memberikan potensi pertumbuhan kekayaan yang jauh lebih besar dalam jangka panjang
Kesimpulan: Mana yang Cocok untuk Pak Nail?
Jika tujuan utamanya adalah stabilitas dan kepastian, maka SBN lebih cocok untuk Pak Nail:
-
Kupon pasti setiap bulan
-
Tanpa risiko harga turun
-
Cocok untuk pensiunan yang butuh kepastian cash flow
Namun, jika Pak Nail memiliki:
-
Toleransi risiko moderat
-
Tidak tergantung penuh pada hasil investasi di tahun-tahun awal
-
Ingin wariskan nilai aset yang lebih besar
Maka Equity Bond (BBRI) bisa menjadi pilihan unggul:
-
Meskipun dividen awal lebih kecil, tapi terus bertumbuh
-
Potensi nilai investasi melonjak hingga 30–40x lipat dalam 30 tahun
Saya melirik Pak Nail, yang kini mulai tersenyum kecil. "Mungkin saya ambil separuh di saham, separuh di SBN, ya Yud?" katanya. Saya mengangguk. "Itu namanya strategi barbel, Pak. Aman di satu sisi, bertumbuh di sisi lain."
Dan kami melanjutkan perjalanan di tol pagi itu, dengan arah finansial yang mulai terasa lebih jelas di masa pensiun.
Comments
Post a Comment
Komentar anda akan masuk langsung ke email pribadi saya